Judul buku : Kholqun lâ Tathowwur
Penulis : Dr. Ihsan Haqiy
Tebal buku : 143 halaman
Penerbit : Dar al-nafa`is
Resentator : Suprapto
Perjalanan manusia selalu di warnai dengan berbagai lika-liku dan perubahan, kerena ia merupakan makhluk hidup yang tak pernah lepas dari sunah-NYA yaitu bergerak, tumbuh dan berkembang. Manusia dengan berbagai macam bentuk dan corak, memiliki nilai yang tak kunjung selesai di perdebatkan para ilmuwan barat sejak ratusan tahun, namun tidak menutup kemungkinan polemik ini masih di wacanakan hingga sekarang. Teori “Evolusi Darwin” telah mempengaruhi pemikiran mahluk bipedal ini selama lebih dari ratusan tahun, namun belakangan teori ini semakin banyak menyita perhatian ilmuwan dengan diketemukannya bukti arkeologis terbaru fosil manusia. Dari mereka ada yang berpendapat; menghubungkan manusia dengan kera merupakan penghinaan derajat manusia.
Dalam bukunya On the Origin of Species yang diterbitkan pada 1859, di susul dengan Descent of Man; Charles Darwin mensejajarkan perubahan inheren satu spesies makhluk hidup ke dalam semua evolusi spesies makhluk hidup. Misalnya, anjing bisa mengembangbiakan sejumlah besar jenisnya, begitu juga kera yang ber-evolusi menjadi manusia. Dugaan semacam ini jelas mengandung masalah pelik. Seandainya sebuah teori itu benar, tidak peduli dari sudut mana memulainya, semestinya tidak terjadi kontradiksi, pembuktian dari segi yang berbeda seharusnya bisa dijadikan pelengkap ekperimen ilmiah. Pembuktian atas teori relativitas dan gen adalah pembuktian DNA molekul yang memang demikian adanya. Namun, dalam teori evolusi malah terjadi sebaliknya: Di antara setiap contoh terdapat antitesis yang fundamental, dan perdebatan atas perbedaan besar itu senantiasa mutlak ada.
Adalah Dr. Ihsan Haqiy, dalam karyanya Kholqun lâ Tathowwur membantah teori evolusi darwin yang sudah lama mengakar dan menjadi perbincangan hangat di kalangan para ilmuan. Dalam bukunya ini beliau mengupas asal muasal manusia, dari mulainya ia diciptakan sampai asumsi problematik tentang nenek moyang manusia. Pada pasal pertama buku ini, penulis mencoba mendefinisikan makna evolusi, menurutnya evolusi terjadi bukan secara tiba-tiba atau pun di sebabkan mu’jizat, Ihsan pun turut menagkap kekeliruan Darwin dengan teorinya jika evolusi berasal dari perubahan fundamental yang dipengaruhi sosio-kultur lingkungan. Evolusi pada leher Jerapa yang panjang menurut Darwin misalkan disebabakan kontinuitas yang dilakukan Jerapa menengadahkan kepalanya memakan daun di atas pohon tinggi, yang pada gilirannya menyebabkan leher Jerapa yang tadinya pendek bermetamorfosa sedemikian rupa hingga memanjang beberapa meter. Kesimpulan dari teori ini adalah; kalau Jerapa itu bisa ber-evolusi, maka qiyasnya manusia juga memiliki kemungkinan sebagai produk evolusi dari kera. Sebut saja fosil kera antropoid sebagai contoh yang secara istimewa berkembang hidup di suatu tempat di wilayah tropikal. Darwin dengan evolusinya telah memberikan suatu gambaran mengenai leluhur manusia. Nenek moyang kita ini menurutnya berbulu, berjenggot dan bertelinga runcing, dan mereka hidup bergerombol di pepohonan.
Kebiasaan kera ketika memanjat pohon memberikan fungsi berbeda pada tangan dan kaki, kera-kera ini ketika bergerak di atas tanah mulai melepaskan kebiasaan penggunaan tangan-tangan mereka dan mengambil suatu sikap yang semakin lama semakin tegak. Inilah langkah yang menurut Darwin menentukan peralihan kera menjadi manusia. Tetapi mungkin Darwin lupa, semua kera antropoid memang dapat berdiri tegak dan bergerak di atas kedua kaki mereka, namun hanya dalam keadaan darurat dan terlihat sangat kaku. Sikap alamiah mereka ini hanyalah sikap setengah-tegak dan di topang oleh kedua tangan mereka sendiri. Kera ini meletakan buku-buku kepalan tangan mereka ke atas tanah dan, dengan kedua kaki mereka terangkat, kemudian mengayunkan tubuh mereka melalui lengan-lengan mereka yang panjang, mirip sekali seperti seorang pincang bergerak dengan bantuan penopang (tongkat). Dan keadaan ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada kera antropoid saja.
Bukti lain penguat teori Darwin yang dipaparkan Ihsan dalam bukunya, berasal dari seorang dokter ilmuwan Paleoantropologi amatir, Charles Dawson. Pada tahun 1912 Dawson menyatakan telah menemukan satu tulang rahang dan satu fragmen tengkorak dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris. Fosil yang berumur 500.000 tahun, ditafsiran sebagai bukti penting evolusi manusia.
Bagian lain buku ini membuktikan kekeliruan penemuan Dawson di Piltdown. Pada tahun 1949, Kenneth Oakley dari departemen Paleontologi British Museum mencoba melakukan “uji fluorin” pada fosil Manusia Piltdown. Hasilnya sungguh mengejutkan. Penelitian Oakley ini mengungkapkan bahwa manusia Piltdown merupakan penipuan ilmiah terbesar dalam sejarah. Ia hanyalah tengkorak buatan; tempurungnya berasal dari seorang lelaki yang hidup 500 tahun yang lalu, dan tulang rahangnya adalah milik seekor kera yang belum lama mati, kemudian gigi-giginya disusun dengan rapi dan ditambahkan pada rahang tersebut, dan persendiannya diisi agar menyerupai pada manusia. Kemudian seluruh bagian ini diwarnai dengan potasium dikromat untuk memberinya penampakan kuno.
Paham evolusi yang tersembunyi dalam samaran ilmiah selama satu setengah abad ternyata hanya digunakan untuk menjustifikasi teori pribadi. Meskipun dianggap sebagai teori ilmiah terbaik dari para pembelanya sejauh ini belum disahkan oleh eksperimen atau temuan ilmiah apa pun. Sesungguhnya, “sains sejati” tempat bergantung teori tersebut (teori Darwin) jelas-jelas menunjukkan dan terus me-reinterpretasi berulangkali bahwa teori itu tidak cocok dengan kenyataan.
Pada kesimpulan terakhir penulis mendemonstrasikan bahwa nenek moyang manusia adalah adam. Adam adalah manusia pertama yang di ciptakan oleh Allah. Ketika awal penciptaannya, adam di tempatkan sendiri di surga dengan berbagai fasilitas yang lengkap. Namun, meskipun hidup serba kecukupan tidak membuat ia bahagia, kesendiriannya membuat ia merasa ada sesuatu yang kurang maka ia meminta kepada Allah untuk menciptakan seorang teman untuk berbagi, maka diciptakanlah Hawa. Semenjak saat itu kebersamaan hidup di surga nan damai mereka jalani, hingga suatu ketika, atas rayuan Iblis Adam dan Hawa melanggar larangan Allah memakan buah khuldi, Allah pun memerintahkan keduanya untuk turun ke bumi. Dari sinilah sejarah manusia dimulai, dari keduanya lahir cikal bakal manusia-manusia penghuni bumi. Jadi teori ”evolusi” Darwin yang menyatakan nenek moyang manusia adalah kera, merupakan teori yang menyesatkan dan sepatutnya ditinggalkan. Waallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Postingan Di Atas Bisa Membantu Semua Pengunjung Di Blog Ini.
Peraturan Komentar
1.No Sara,Tidak Boleh Berkata Kotor
2.Boleh Mengingatkan
3.Silakan Copas asal jangan lupa sumbernya
^_^
Silakan berkomentar kenyamanan pengunjung adalah tujuan kami